Minggu, 20 April 2008

B A B VIII


KEPEMIMPINAN KRISTEN

I. ARTI KEPEMIMPINAN

Pengertian kepemimpinan mempunyai berbagai aspek, dan orang dapat meninjau kepemimpinan dari aspek yang berbeda. Supaya dalam pembahasan ini ada keseragaman penger­tian, maka sebaiknya kita pahami bersama arti dari beberapa istilah sebagai berikut :

memimpin : mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan orang lain untuk siap melaksanakan serangkaian kegiatan demi mencapai tujuan yang telan ditetapkan.

pemimpin : Seorang/pribadi yang mengetahui tujuannya dengan jelas, dan mempunyai keyakinan yang teguh tentang kebenaran tu­juan tersebut, serta mampu mempenga­ruhi, menggerakkan orang-orang lain un­tuk dapat mencapai tujuan tersebut se­cara effektif.

pemimpin Kristen :

Seorang/pribadi yang memiliki tujuan yang berasal dari Allah, dan mempunyai keyakinan yang teguh tentang kebenaran tujuan itu, serta mampu mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan orang-orang lain untuk mencapai tujuan terse­but secara effektif.

Kepemimpinan Kristen :

Keseluruhan tindakan, sikap dan tingkah laku seorang pemimpin Kristen dalam mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan orang-orang lain untuk melaksanakan serangkoian aktifitas secara effektif, demi mencapai tujuan yang berasal dari Allah.Definisi kepemimpinan di atas mengacu kepada sekurang-kurangnya 4 aspek (lihat Efs. 4: 1-6; 11-16), yaitu :

1. Karakter

2. Suasana kepemimpinan

3. Orientasi kepada orang-orang yang pipimpin.

4. Orientasi kepada tujuan.

II. SIAPA PEMIMPIN KRISTEN ITU ?

Dalam ilmu kepemimpinan ada beberapa teori / pengertian tentang bagaimana seseorang menjadi pemimpin.

Tetapi berbicara tentang pemimpin Kristen kita harus belajar dari Alkitab, di sana ada 2 macam ilustrasi yang menarik, yaitu :

1. Pembentukan Simon Petrus (lihat Lukas 5: 3 - 10; Yoh.l: 41-42; Mat.

16: 13-1?; 26: 31- 35; 26: 69-75).

2. Pembentukan Paulus (lihat Kis. Ras. 9: 9-21; 11: 22-25; 13 : 2 - 13).

Dalam kehidupan Simon Petrus secara bawaan/bakat dia mempunyai potensi besar untuk menjadi pemimpin, tetapi kalau tidak dengan campur tangan Allah Petrus akan gagal menjadi pemimpin rohani.

Demikian juga dengan Saulus untuk dapat menjadi pemimpin rohani (Paulus) campur tangan Tunan sangat besar melalui Barnabas, sehingga Paulus menjadi seorang pemimpin yang bijaksana.

Dengan demikian dapat diberikan batasan/definisi untuk pe­mimpin Kristen sebagai berikut :

Pemimpin Kristen adalah seorang/pribadi yang memiliki tu­juan yang berasal dari Allah dan mempunyai keyakinan yang teguh tentang kebenaran tujuan itu, serta mampu mempeng­aruhi, menggerakkan dan mengarahkan orang-orang lain un­tuk mencapai tujuan tersebut secara effektif.

Dari definisi di atas sebenarnya dapat dicatat ada 4 kata kunci yang maknanya dalam dan pada dasarnya menunjukkan ciri-ciri seorang pemimpin Kristen.

Keempat kata tersebut diberi garis bawah, yaitu :

- seorang pribadi

- tujuan yang jelas

- keyakinan yang teguh

- orang-orang lain.

Dari keempat kata kunci tersebut kita dapat. menjabarkan ciri-ciri kepemimpinan Kristen sebagai berikut :

1. Ciri Kerohanian.

Ciri ini diambil dari kata "keyakinan yang teguh" di atas. Tuhan memanggil seorang pribadi untuk memimpin sekelompok orang; Contoh : Yusuf, Musa, Nehemia, Petrus, Paulus, dan sebagainya.

Mereka menjadi pemimpin karena ada campur tangan Tuhan

a. Yakin akan panggilan Tuhan dalam

hidupnya. Orang yang mempunyai keyakinan demikian akan mempunyai penyerahan diri tanpa syarat (Roma 12: 1-2).

b. Dipenuhi oleh Roh Kudus (Ef. 5: 18). Dipenuhi oleh Roh Kudus artinya bagi pemimpin Kristen ada hubungannya dengan ketaatan yang terus menerus, dalam semua kesempatan dan keadaan dan juga dalam segi kehidupannya. Dalam apraktek hal ini akan ternyata dalam berbagai macam perilaku yanq dijalankan oleh pemimpin

tersebut.

Misalnya : - cara berbicara

- suasana persekutuan

- cara bergaul

- cara mengucap syukur, dsb.

c. Hidup dari Firman Tuhan (Ibrani 4:12).

Firman Tuhan merupakan tolok ukur untuk menseleksi pikiran-pikiran manusia.

d. Hidup dalam doa dan iman.

Di sini perlu ditekankan bahwa iman selalu mempu­nyai perspektif bahwa : Tuhan sudah melakukan, bukan Tuhan akan melakukan.

2. Ciri Kepribadian ("seorang pribadi")

a. Keyakinan akan panggilan Tuhan, artinya keyakinan pribadi itu laku

dari penyerahan diri tanpa pamrih kepada Tuhan.

b. Bersedia belajar.

Keyakinan ini didasari bahwa dalam hal-hal tertentu.Tuhan bekerja untuk dirinya melalui orang lain.

c. Sikap hati yang positif (Fil. 4 : 8). Seorang pemimpin jangan terlalu cepat merasa puas akan keberhasilan, karena hal tersebut dapat erkembang menjadi sombong. Tetapi sebaliknya se­orang pemimpin risten supaya rendah diri (I Petr. 5 :5).

a. Menjadi teladan, bukan hanya memberi teladan.Menjadi teladan menunjuk kepada keberadaan-keberadaan dan sifat yang konsisten (Fil. 3: 17). Dan selanjutnya dikatakan Paulus bahwa teladannya itu adalah suatu yang didengar, dilihat, diterima, dipelajari dan dilakukan (Fil. 4:9).

3. Ciri Tujuan ("Tujuan dari Allah").

a. Kita perlu sadar bahwa tujuan seorang pemimpin Kristen adalah tujuan yang dibebankan Tuhan dalam hatinya. Oleh karenanya ¡a harus terus menerus me-ngembangkan diri kearah pencapaian tujuan, baik waktu tujuan yang belum tercapai, maupun setelah tujuan tercapai, jadi seorang pemimpin harus kreatif.

b. Daya tahan.

Seorang pemimpin harus memiliki daya tahan, artinya mempunyai ketahanan mental kalau dikritik, dan jangan cepat bersenang hati kalau dipuji. Ingat orang yang pernah bersorak-sorak kepada Tu­han Yesus "Hosana, Hosana" dapat berbalik menuding "Salíbkan Dia".

c. Kemampuan untuk membuat tujuan menjadi kenyataan, untuk ini diperlukan tindakan/langkah yang sungguh-sungguh, yaitu dalam hal berdoa, berfikir, berencana, bekerja dan berharap (Ef.3: 20,21).

4. Ciri Hubungan dengan manusia ("orang lain")

a. Pola kepemimpinan yang melayani.

Seorang pemimpin pada dasarnya ialah pelayan, seperti Tuhan Yesus sendiri melayani murid-muridNya yang lazimnya dilakukan oleh pelayan (Yoh.!3:l-I7).

b. Dalam hubungan dengan orang lain seorang pemim­pin

Kristen tidak bo!sh merasa dirinya lebih penting.

c. Seorang pemimpin Kristen harus peka terhadap keadaan orang-orang yang dipimpinnya dalam hal: fisik, mental, sosial dan rohani. Kita harus sadar bahwa orang-orang yang kita pimpin masing-masing mempunyai kemampuan, kelemahan, potensi dan aspirasi yang satu sama lain berbeda. Maka tugas seorang pemimpin adalah menyediakan/menciptakan pra kondisi yang memungkinkan orang-orang yang dipimpin tersebut masing masing bertumbuh dan berkembang potensinya.

III. BAGAIMANA SEHARUSNYA MEMIMPIN ?

Pertanyaan ini bisa dijawab dengan petunjuk praktis atau apa yanp, harus dilakukan sebagai pemimpin Kristen.

1. Sifat yang perlu dimiliki oleh

Pemimpin Kristen adalah sikap dan mental yang positip.

Unruk bisa bersikap yang positip perlu kita melatih diri secara berkesinambungan.Pedoman yang dipakai adalah Firman Tuhan dalam I Tes. 5; 16-18. "Bersukacitalah" senantiasa. Teraplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu". Ayat ini kalau di dalami oleh pemimpin Kristen maka ia telah mulai bersikap positip kepada siapapun dan dimanapun. Sikap dan tindakan yang kita lakukan hendaknya didasarkan atas realita/kenyataan hidup sehari-hari.

1. Dalam segala, pekerjaan yang dilakukan

oleh pemim­pin Kristen selalu dituntut cara dan hasil yang terbaik. Biasanya dalam kita bekerja, kita sering terjebak dalam keadaan-keadaan yang rutine saja (rutinisme).

Kalau kita sebagai pemimpin Kristen yang dijiwai dengan semangat I Tes. 5 : 16 tidak boleh mengenal pekerjaan sebagai hal yang rutine saja sekalipun istilah rutine dipa­kai. Kita harus bekerja dengan penuh semangat, yang me nampakkan bergairah, dan melakukannya dengan senang hati. Kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan yang melayani bukan dilayani (Mark. 10: 45).

2. Bagi pemimpin Kristen waktu adalah

penting, oleh karenanya perlu diatur dengan tertib.Kita harus peka terhadap waktu kekinian, Seseorang yang tidak peka terhadap kekinian orang tersebut tidak mungkin realistis. Peka terhadap kekinian membuat kita siap menghadapi tantangan.

Oleh karenanya kita wajib mempergunakan dan memanfaatkan waktu yang ada secara bertanggungjawab (Ef. 5: 16). Dalam Lukas 19: 11-28 perumpamaan Tuhan Yesus tentang sepuluh kati perak, kita dapat belajar bahwa ka­lau tidak memanfaatkan waktu secara bertanggungjawab kita akan kehilangan.

4. Perencanaan.

Perencanaan adalah suatu hal yang mutlak untuk di lakukan oleh seorang pemimpin Kristen, karena de­ngan merencana yang matang akan bisa dihasilkan keteraturan. Dalam menyusun perencanaan perlu diperhatikan adanya perencanaan yang strategis dan taktis, artinya: Perencanaan strategis adalah perencanaan yang memberi arah yang perlu dipedomani dalam proses perencanaan yang taktis yaitu untuk pedoman pelaksanaannya. Jadi perencanaan taktis harus disusun dan dirumuskan se­cara operasional sehingga dalam pelaksanaannya mudah dimengerti dan dikerjakan secara teknis memuat :

- perkiraan keadaan

- penentuan tujuan

- penyusunan program

- penyusunan jadual

- penyusunan anggaran.

Hal ini dapat dilaksanakan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan: Apa, mengapa, bagaimana, dimana, bilamana dan berapa.

5. Adanya pendelegasian tugas kepada orang lain. Pendelegasian

tugas ini perlu dilakukan supaya :

- tugas tidak terlalu berat bagi seseorang.

- supaya orang yang kita pimpin dapat mengembangkan diri, jadi

tidak pasif.

- Supaya tugas selesai pada waktunya.

Untuk pendelegasian tugas ini di Alkitab kita bisa belajar dan kepemimpinan Musa (baca Keluaran 18: 1 - 27).

6. Pengambilan keputusan.

Hal ini penting kita lakukan manakala dalam memim pin kita diperhadapkan kepada pilihan dari sejumlah alternatif. Dalam mengambil keputusan perlu menggunakan kriteria (tolok ukur) tertentu, dan dengan berbagai pertimbangan. Sebaliknya dalam mengambil keputusan ada keseimbangan antara pemimpin dengan kelompok/pembantu supaya keputusan tersebut bisa diterima dengan baik.

7. Komunikasi.

Pemimpin Kristen selalu mengusahakan komunikasi dengan orang lain untuk memperoleh pengertian secara timbal balik. Sebagai pemimpin harus tetap sadar bahwa komunikasi adalah alat, bukan tujuan. Dengan komunikasi maka perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian sebagai proses manajemen yang laras dan padu dapat dirancang, diatur dan ditetapkan secara effektif. Kalau komunikasi ini bisa berjalan baik, maka sebenarnya seorang pemimpin tersebut sudah dapat mentransfer visi-nya kepada orang yang dipimpinnya. Hal ini penting sekali dalam kepemimpinan di jemaat. Seorang Pendeta dapat berkomunikasi baik dengan pemuda, maka Pendeta ter­sebut dengan mudah mentransfer visinya kepada para pemuda. Dengan demikian pembinaan pemuda akan lebih dapat dilayankan dan bahkan bisa lebih berkembang. Pada situasi tertentu dapat dilakukan apa yang disebut komunikasi non formal, yaitu misalnya dengan cara "Briefing". Dalam komunikasi yang harus diperhatikan adalah bahasa, Dalam hal Ini bentuk kalimat, gaya bahasa dan kata-kata yang dipakai sangat menentukan nilai/ arti komunikasi itu sendiri.

8. Motivasi.

Hakekat dari motivasi adalah "membuat supaya orang lain melakukan apa yang Anda kehendaki, sebab mereka sendiri mau melakukannya". Tugas seorang pemimpin untuk memberi motivasi merupakan tugas yang sangat penting artinya dalam kepemimpinan. Tetapi harus diakui tugas ini tidak mudah dilaksana­kan, karena untuk dapat memberi motivasi seorang pemimpin harus mampu memahami kebutuhan manusia. Untuk bisa menyampaikan motivasi kepada orang Iain seorang pemimpin Kristen harus mempunyai motivasi yang kuat sebagai pemimpin Kristen, bahwa dia melaksanakan tanggung jawab bukan karena terpaksa melainkan atas kesadaran tanggung jawabnya (I Petr. 5: 1-7). Jadi pemimpin Kristen perlu memberlakukan disiplin ke­pada dirinya sendiri sebelum kepada orang lain.

IV. PERANAN PEMIMPIN KRISTEN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL.

Pemimpin Kristen sebenarnya juga pemimpin non formal di masyarakat, oleh karenanya didaerah sering seorang Pendeta dipandang sebagai orang yang serba tahu. Pandangan tersebut sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh Pendeta itu sendiri untuk membawa jemaatnya turut berpartisipasi dalam pembangunan di daerahnya. Pembangunan Nasional bertujuan mensejahterakan masyarakat dan bangsa. Tetapi di sisi lain kita juga harus sadar bahwa pembangunan sebagai proses yang dinamis memba­wa serta perubahan-perubahan bukan hanya fisik material, tetapi juga menyangkut nilai moral, etik serta spiritual.

Apalagi sekarang kita baru berada dalam jaman peralihan yaitu masyarakat agraris ke masyarakat industri modern.

Hal ini akan membawa permasalahan-permasalahan serta dampak kepada masyarakat.

Di sampihg itu kita juga perlu mencatat faktor-faktir kritis dipedesaan, yaitu :

- masalah kependudukan

- masalah pertanahan

- masalah kesempatan kerja

- masalah lirigkungan hidup

Sebagai Pemimpin Kristen dituntut untuk menaruh perha-tian yang besar terhadap masalah tersebut, dan juga daIam praktek sering timbul masalah-masalah yang lain seperti ketidakadilan, penindasan, keterbelakangan, dsb.

Menanggapi permasalahan-permasalahan di masyarakat tersebut jemaat kita harus diarahkan untuk menjadi jemaat yang missioner yaitu jemaat yang melayani. Pola berjemaat yang menganut pola ibadah (parochial) ha rus dirubah menjadi pola yang melayani (missioner). Dalam hal ini memang peranan pemimpin Jemaat, pemim­pin Kristen di daerah tersebut yang diharapkan tampil, sehingga jemaat dapat menunaikan tugas panggilannya di daerah tersebut. Pemimpin Kristen harus berani menyuarakan tentang ke­tidakadilan, penindasan yang terjadi di masyarakat, dan juga dampak-dampak negatip dari pada usaha pembangunan fisik di daerah, sehingga keadaan masyarakat makin sejahtera. Untuk maksud tersebut memang diperlukan keberanian dan kejujuran, dan disinilah fungsi Nabiah dari pada Gereja dan pemimpin Kristen perlu dihadirkan.

Tidak ada komentar: